Senin, 12 Oktober 2009

Dari Seorang Sahabat

Jarak Menamakannya Sepi


Arlika dan ariwa

mungkin kalian belum terlalu mengerti

malam benarbenar mendingin ketika hujan bersamaan

menulis beberapa cerita lelaki yang tak bisa cepat berbuai mimpi

dengan kelopak mata selalu menggantung tinggi tanpa tiang

rebahkan hatinya sepasrah mungkin dilumat sepi


Arlika dan ariwa


jarak menghapus bagian yang harusnya kalian tahu

sekata yang kini piatu

lalu waktu meyatimkan tanpa babibu

mengubahnya menjadi sederet huruf mati.


Ariwa


memang diam tak selalu berikan arti pada malam yang begini

sebab dengan lidah siapa mampu terbacakan huruf mati piatu

hanya untuk pahamkan definisi belaka kepada telinga mereka

yang lebih melogika ketimbang nurani seperti kita

bukankah sepi itu adalah hati, bukan masalah sendiri dan hujan ini

malah tidur kalian pun permainan sepi.


Arlika


sepakat sajalah bahwa pergantian malam itu pasti

tak perlu perdebatkan lebih jauh dengan ariwa

pun jika lelaki itu pernah terlelap sebentar menjenguk mimpi

pahami saja sebagai pergantian yang begitu itu

lupakan malam abaikan siang jangan perdulikan angka angka kalender

cukup pahami saja sebagai pergantian.

TERIMA KASIH ANDA MENGUNJUNGI BLOG SAYA. HARAPAN JUMPA LAGI