Selasa, 18 November 2008

Antologi Terbaru



Antologi Puisi Penulis Muda Lintas Propinsi 2009


WAJAH DEPORTAN

Juga ketika mereka duduki tanah leluhur ini
Kita tidak diberi pilihan lain
Selain mencoba bertahan

Dan ketika mereka adakan penggusuran
Kita tidak diberi pilihan lain
Selain terus berjaga

Tapi ketika mereka mulai main pukul
Kita tidak diberi pilihan lain
Selain berkeras melawan
Nama-nama penulis muda yang masuk seleksi untuk antologi lintas propinsi 2009:

andri mirwan fachri (jasinga, bogor-jabar)
ansori barata (jambi)
ashmasyah timutiah (tasikmalaya, jabar)
capung dewangga (kebumen, jateng)
chairan hafzan yurma (jambi)
dahlia rasyad (palembang, sumsel)
dian hardiana (bandung, jabar)
dian hartati (bandung, jabar)
duhita ismaya arimbi (palembang, sumsel)
eko putra (musi-banyuasin, sumsel)
esha tegar putra (solok, sumbar)
fadhila romadhona (payakumbuh, sumbar)
fina sato (subang, jabar)
fredy s. wowor (minahasa, sulut)
hajriansyah (banjarmasin, kalsel)
heri maja kelana (majalengka, jabar)
hudan nur (banjarbaru, kalsel)
husnul khuluqi (tangerang, banten)
irvan mulyadie (tasikmalaya, jabar)
jefta herman atapeni (rote, ntt)
koko p. bhairawa (pulau belitung,babel)
lupita lukman (kota bumi, lampung)
mahwi air tawar (sumenep, madura)
miftahuddin munidi (mataraman, kalsel)
moh. fahmi amrulloh (jombang, jatim)
m. mus’ab al-maliki (banjarbaru, kalsel)
m. nahdiansyah abdi (banjarmasin, kalsel)
mustadi (pontianak, kalbar)
pinto anugrah (tanah datar-sumbar)
ramayani (jambi)
sarabunis mubarok (tasikmalaya, jabar)
shah kalana al-lailla haji (kutai, kaltim)
sigit bagus prabowo (banjarbaru, kalsel)
sunlie thomas alexander (kaliurang, yogjakarta)
udo z. karzi (kotawaringin barat, kalteng)
wayan sunarta (denpasar, bali)
wuri handayani putrid sutoro (samarinda, kaltim)
zurriyati rosyidah (mandiangin, kalsel)

Senin, 03 November 2008

Syair-Syair



SEPULUH SYAIR JAHILIAH

I

ai katak

anak katak dan katak

berbasuh basuhlah

sendimu

di air di telentangmu

di tanah di telungkupmu

II

Bangsat, jangan lagi

masygul menggoda bual kibulan penyakit ayan

baitil haram baitil makdis

baitil haram

baitil khayal

IV

inilah pantun Quraisyi

bau jamur belulang mati

membelah bumi

langit terkeping jadi

lapis tujuh kali

inilah ganggang berapi

membuhul bintang dini

ketipung berdentam di dada lelaki

pada nikmat mimpi membenam

rintihan betina

menguap dari tanah

dri tumit perut sampai dahi

lalu itu

rambut

sapulah dengan tanah sejeput

barulah sepi

tartibi

V

demi tuhan kami

yang terbuat daripada buah korma

atau buah anggur yang dijemur

kering jadi kismis taupun adonan

gurih bagai paha betina

wahai anggur bagai dendang

si inang

jangan dipantang

reguklah sampai putus otak

pecah perut

ya selama

tuntaslah piker

duka mubazir

VI

tak usah di gurun sinai

di sini tuhan dibikin sendiri

dari keringat kuda

dari tanah atau buah tuffah

apa saja

gombal tua punjadilah

tuhan baik tuhan kibuli

dibumbui

dengan samin dn keturi

cukup buat menohok tamahak

bertobat sambil mengunyah

tuhan

VII

betina

betina

kakitangan aib

sampah jumud

tumpuan najis

sumber onar dan fitnah

pembuat garagara dlam perkara

warisan

demi lata dan uzah

kuburlah mereka

VIII

pesta pora kaum beradat

quraisy tingkat derajat

beradu piala

bekas tempurung kepala

lawan lawan kita

darah membuih hidup membuih

bagai anggur sejati

hanyut dendam dalam perang

irama gendering merangsang

syahwat

melonjak ke ujung pedang

piala darah anggur dan betina

alun kasidah

melecut malam

membenam

legam

IX

Adu Dardah

tukang ratubah

mari kita bikin janji

la bedawi

atau pinggul penari

pundi pundi berisi mimpi

perawan bulbul

bani makbul

X

sendagurau

musim kemarau

gurun membara

terpanggang kita bagai madzbi

berbumbu darah dn airmani

demi Musailamah

raja diraja kata berhikmah

ulurkan umur ke dalam guci

gantung sesumbar para pemberani

di keempat dinding ini

jengkal demi jengkal

guci demi guci

tanah ini

Perlu Diperhatikan



“MALALAR”: DARI ENSIKLOPEDI, LABIRIN KAMPUS UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT SAMPAI ARUH SASTRA KALIMANTAN SELATAN

Prolog

Tulisan ini ditulis oleh seorang icebreaker dan belum banyak pengalaman. Maaf bila ada kecaman kurang etis, maklum masih muda…

Musabbab Representative

Ada analogi yang akan saya explore mengenai ‘kasus’ representatifnya sebuah hal. Beberapa minggu ini tengah terjadi pengadilan terhadap satu karya yang dinilai tidak layak oleh element yang bernotaben di dunia sastra. Sah-sah saja. Sekarang yang menjadi persoalan ketika pengadilan digeber adalah ‘dalih terdakwa’ mengapa dalam buku ensiklopedi tersebut hanya mencantumkan beberapa sastrawan saja? Barangkali ada alasan tertentu. Sebab sebuah pengadilan akan dikatakan legal ketika menghadirkan terdakwa, pengacara, jaksa dan hakim! Bukan begitu?

Betapapun, sebagai insan sastra yang mengusung keberagaman sebagai tolok ukur apresiasi terhadap karya yang pernah hadir dalam memenuhi cakrawala pikir, analitis dan berdaya nalar kritis maka buku tersebut perlu dikaji ulang atau istilah populer yang sering saya dengar dalam persidangan; PK alias penianjauan kembali sehingga edisi revisi bisa berterima.

Lanjut, mengenai representatifnya sebuah karya dan komunitas baik yang berskala lokal, nasional ataupun internasional masih bersifat nonsense. Mengapa demikian? Semua komunitas yang ada dimana pun berada kerap menanggalkan keberagaman dan memakai ‘jaket kesepemahaman’ saja. (mungkin) Bekerjasama dengan insan yang tidak cooperative malah menimbulkan konflik internal organisasi saja. Kalau tidak bisa dibina maka dibinasakan atau kalau tidak beres, kudu dibereskan saja! Demikianlah, aliran yang difusi oleh komunitas atau instansi seni seantero negeri. Apa buktinya? Lihat pergerakan insan sastra yang berdiri dua blok di pulau seberang atau lahirnya insan komunitas-komunitas yang mengaku berdedikasi tinggi. Mengaku menaungi element bidang tertentu, tapi nyatanya omong kosong belaka. Atau kita lihat juga karya-karya antotologi yang bersliweran tak jelas niatnya. Ada banyak antologi yang ditemui berkaliber se-Indonesia tapi isinya? (Haha)

Nilai apresiasi karya sastra dan maknanya sudah bergeser! Loyalitas diri sebagai insan yang beretika sastra berubah menjadi popularitas-dan haus sanjungan. Apakah ini yang bernama manusia bermartabat?

Sebagai mahasiswi yang mengusung tri dharma perguruan tinggi, hal serupa juga terjadi di perguruan tinggi tempat saya belajar, kasus mafia pendidikan merajela berdalih mensejahterakan kader penerus bangsa—ee.. ternyata sekarang niatan itu sudah digerogoti tikus. Begitu juga senat, kaum cendikia dan jajaran elite kampus seperti BEM, UKM, UKMF yang sedang asyik-asyiknya membangun benteng kehormatan untuk tujuan kelompok. Mereka akan membinasakan kelompok atau individu yang tidak sejalan dengan niatannya. Sebut saja, INTRO (yang mengaku menaungi dunia tulis menulis mahasiswa) kemana dikau berada sekarang? Di makan kutu busuk atau bagaimana? Sebab kaum rektorat yang terhormat dan segenap element, para dekan dan praktisi pendidikan yang pandai menjilat sudah beralih kiblat! (Mudah-mudahan para cecunguk itu dan segenap musuh-musuh saya membaca tulisan ini!

Pada akhirnya tidak ada yang riil menyokong keberagaman dengan tajuk yang bagaimanapun. Mari kita lihat, aparatur kesenian: Dewan Kesenian Propinsi Kalimantan Selatan, tak ada guna berarti yang bisa kita dukung selain keluhan. Bukan demikian?

Akhiri Saja Kegiatan Aruh Sastra!

Begitulah. Jika ada oknum yang menampik senarai himbauan ini ialah dia, kelompok dan individu yang menyimpan muslihat kepentingan saja!

Hal ini beralasan, kegiatan aruh sastra yang secara berkala diadakan setiap tahun tak memberikan hasil yang berarti. Kalaupun ada komunitas yang baru bercokol, itu bukan karena status quo Aruh Sastra tapi inisiatif dan sumbangsih moral untuk membuka diri dalam menunjukkan eksistensinya sebagai kaum intelektual di bidang sastra. Tidak lebih. Kita pahami juga, aruh sastra hanyalah anjangsana pelepas kangen-kangenan yang isinya (lebih) mengenang ke masa lalu. Sebagai contoh: Aruh Sastra di Amuntai tahun lalu, ajang diskusi yang diangkat tidak terlalu booming bahkan temanya biasa-biasa saja. Tidak ada hal baru yang greget. Kalau memang aruh sastra bertujuan mencerdaskan atau mensosialisasikan hal baru tidak demikian. Bahkan berkali-kali tidak hanya diskusi yang didaulat oleh panitia Aruh Sastra, tetapi praktisi pendidikan sastra, dan Balai Bahasa selalu memberikan suguhan yang sudah dikonsumsi terlebih dahulu oleh insan sastra (dibaca: hampir basi).

Secara pribadi, saya mencium ketidakberesan akan pelaksanaan aruh sastra terlebih beberapa tahun terakhir ini. Masalah klasik! (dibaca: financial) perlu digaris bawahi bahwa Aruh Sastra ini bukanlah kegiatan Event organizer atau Production. Kegiatan ini bermula dari kesucian niat dalam rangka membumikan ranah lambung mangkurat dengan kesusastraan bukan kepentingan pribadi!

Kalau nawaitunya sudah menyimpang, buat apa dipertahankan? Dalam forum pleno, saya sering menyarankan kepada presidium sidang:”Buat apa mempertahankan badan yang kerangkanya sudah dipenuhi kemunkaran, Bubarkan saja!”[]

Anggaran Dasar FORKOTEB

ANGGARAN DASAR
FORUM KOMUNIKASI TEATER BANJARBARU

MUKADIMAH

Bahwa kecintaan teater sudah mendarah daging di kota Banjarbaru. Teater makro kembang kempis dan perlu diadakan pembaharuan untuk bisa berkesinambungan. Maka perlu suatu wadah yang bisa menaungi seluruh element yang berkecimpung langsung di dunia keteateran sekaligus sebagai mobilisasi akan keberlangsungan hidup baik teater yang bersifat tradisi atau modern atau perpaduan antara keduanya.

BAB I
NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN DAN IDENTITAS
Pasal 1 Nama
Organisasi ini bernama Forum Komunikasi Teater Banjarbaru yang disingkat FORKOTEB
Pasal 2 Waktu dan Tempat Kedudukan
FORKOTEB didirikan pada tanggal 7 September 2008 di Banjarbaru, untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di Banjarbaru.
Pasal 3 Identitas
FORKOTEB adalah organisasi yang bersifat Independen dan Kekeluargaan.

BAB II
A S A S
Pasal 4 Organisasi ini berasaskan Pancasila dan UUD 1945

BAB III
TUJUAN, USAHA DAN FUNGSI
Pasal 5 Tujuan
Terbinanya insan Teater yang kreatif dan produktif.
Pasal 6 Usaha
Segala jenis usaha yang tidak bertentangan dengan angaran dasar dan anggaran rumah tangga FORKOTEB.
Pasal 7 Fungsi
FORKOTEB berfungsi sebagai forum pembinaan kreatifitas, pembinaan intelektualitas, pembinaan mental, serta pembinaan kepribadian.

BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 8 Keanggotaan
a. Yang dapat menjadi anggota FORKOTEB adalah komunitas-komunitas yang berdomisili di Banjarbaru dan sekitarnya, yang ditetapkan oleh pengurus.
b. Keanggotaan terdiri dari :
• Anggota Biasa
• Amggota Khusus
• Anggota Kehormatan

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 9 Kekuasaan
Keputusan Tertinggi dipegang oleh musyawarah anggota.
Pasal 10 Kepemimpinan
Kepemimpinan Organisasi dipegang oleh anggota khusus.
Pasal 11 Badan-badan Khusus
Untuk melaksanakan tugas khusus dan kewajiban dalam bidang khusus, dibentuk badan-badan khusus.

BAB VI
PERBENDAHARAAN
Pasal 12 Harta benda FORKOTEB
Usaha – usaha yang sah serta tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan rumah tangga Forkoteb.

BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN
Pasal 13 Perubahan anggaran dasar dan pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh anggota khusus.
Pasal 14 hal-hal yang tidak termasuk dalam anggaran dasar akan dimuat dalam peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan tersendiri yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar FORKOTEB.


Ditetapkan dalam musyawarah Anggota Khusus FORKOTEB di Banjarbaru Pukul 23.00 WITA
Pada tanggal 11 September 2008




Ketua



Yuqda Kahfi Annur

Puisi Basa Banjar


“BANJARBARU: ARIA MALINGKAN”

Kami barataan mahing banar pahatiannya

Kada kawa dilantur-lantur mahabarakan kahandak raja

Bahungkau pangawal kaamanan nitu

Ulih pangawal, disurung pulang jukung ampun urang

Kampung biasa

Rahatan manugal piduduk ka arah buhulan pitung

Burungan umpan gasan rakyat samunyaan

Ulih Aria Malingkan, pidudus manyirau ka arah

Pambanyuan

Mahidupi sasinggam barakat hidup dilintuk nista

Manyaurangan

Imbah nitu, jukung mamudiki sungai ampah ka

Tangga Hulin nang baisi talu ikung pangawal

Kaamanan nitu

Puluhan tahun imbah nitu, api-api karujingan

Manatar pilar suluh di balambika gunung apam

Kitar-mangitari burungan-burungan panjaga nasib di masa isuk

Nu kahadapan gugus Negara subalah

Manikam suara anak-anak pipitan di lindai

Hari mandatang



PIRUKAT LAWAN KATUMBAR

(Adaptasi karya Syamsiar Seman)

PARUDAN

Nang andaknya di hulu sungai batang banyu

Ada si galuh bagana wan umanya nang sudah satangah tuha

Tagal masih tatinggal gawian maulah minyak lalapirukat wan katumbar

Wan pahumaan pitung burungan

Kindai hibak wan banih-banih, wayah kindai nitu

Limpuar lawan padaringan baras sambil manutuk

Di lasung pijak maulah baras

Mun kawa basindakap

Kuantar malimbui ka buluh-buluh panyabaran umanya

Tagal masih disyangi ulih umanya balalu rancak

Babuhau

Nasi wan iwak babarang kada diapiki-diipii

Pina kada basyukur wan Allah siang nitu

Kahandaknya daging hayam tatrusan. Nasi tahamburan

Dibibiti gasan umpan hayam.

Wayah malam harinya, Galuh tamimpi

Bahindau pirukat wan katumbar manggampirinya

Inya marasa dihahamburakan, di buang-buang

Manangisan

Balalu handak tulakan ka langit

Galuh manangis…

Mangitai wan maingati balalu kalakuan buhaunya

Pemenang Lomba Baca Puisi 2 November 2008


Pemenang Lomba Baca Puisi Peringatan 10 November menyisihkan 104 peserta yang lain dari kiri (Eka Zulma, Andri Rifai, Ogi Fajar Nuzuli, Isuur Loeweng dan Arif, M.S)

Hasil Lomba Puisi 2 November 2008

HASIL LOMBA BACA PUISI DI MUSEUM LAMBUNG MANGKURAT

AUK-Komunitas Pecinta Seni Banjarbaru telah menggelar lomba baca puisi dalam rangka mengenang 10 November pada 2 November 2008 di Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru. Pada kesempatan kali ini, peserta yang ikut dalam satu kategori untuk umum (siswa, guru, mahasiswa, dosen, seniman dan sastrawan) adalah 104 orang. Namun yang diambil sebagai pemenang hanya Juara I, II, III dan Harapan I. adapaun para pemenag tersebut adalah; Andri Rifai, Arif M. S, Isuur Loeweng dan Eka Zulma. Masing-masing pemenang mendapatkan piala, piagam penghargaan, uang pembinaan dan bingkisan menarik dari panitia. Acara ini didukung penuh oleh Dewan Kesenian Kota Banjrabaru dan Pemerintah Kota Banjarbaru. Bahkan setelah dewan juri mengumumkan pemenang (Arsyad Indradi, Ali Syamsuddin Arsy dan Rudi Karno), Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarbaru turut serta dalam pembagian hadian dan menghimbau agar panitia mengagendakan Workshop Pembacaan Puisi karena dinilai oleh dewan juri para peserta masih blum tahu bagaimana membawakan puisi yang baik dan benar sesuai dengan interprestasi dari puisi yang dibawakannya. Teamwork AUK; Hudan Nur, Dian Arlika, Riza Fahlivie, M. Yusry Wahyudi dan Miftahuddin Munidi bersepakat akan melaksanakan kegiatan tersebut pada awal tahun 2009.

Sabtu, 01 November 2008

TERIMA KASIH ANDA MENGUNJUNGI BLOG SAYA. HARAPAN JUMPA LAGI