DEAR DIARY,
Selalu ada yang berlalu di kelaluan waktu. Setelah tersimpang maka akan habis masanya. Sudah beberapa minggu aku menemukan jiwa di pinggiran kota kecil di Sulawesi. Aku tak terlalu mengerti arti pengorbanan. Hari ini masih saja terlihat sampah-sampah kecil di ujung-ujung jalan. Aku memungutinya untuk dijadikan daur ulang dalam memperbaharui lagi arti perjuangan dalam memetakan fungsi.
Aku harus melambangkan merah dalam warna darah yang menunjukkan perjuanganku. Aku harus bertahan dalam warna biru yang menunjukkan antipatiku dan segenap kesedihanku. Sebab setiap manusia diciptakan dalam alegori pasangan.
Disini, aku merindukan kampong halaman. Dua minggu di Palu membuatku merindu.