Rabu, 02 Maret 2011

BAB KETIGA NOVEL ENIGMA



Sesudah Pembakaran

Rumah demi rumah, sepasang Sussex Inlet Road

di selamatkan oleh pasukan,

oleh sebab keahlian, keberanian, keterampilan

tapi pada saat api mencapai pinggiran kota kecil itu,

berkelarian liar besar, terlalu banyak hidangannya,

dan pilihannya – ada yang dihancurkan,

dan pipa rumah berbelit-belit,

seperti gula gula terbakar.

(Ian Campbell)

1

Asap-asap berhamburan di sekeliling.

Pukul 06.20

“Hidup terus saja menderu , mengikuti aliran zaman yang tak tahu dimana ujungnya, hari ini aku mau istirahat tanpa gangguan dari seluruh kepenatan pekerjaan di kantor!” Namun ….

“Ayah…!!! Ayah…!!! Aku menemukan sesuatu!” Khudhan yang mendengar teriakan anaknya langsung keluar kamar dan mencari sumber suara itu. Ia tahu kalau Adetra tidak akan begitu histeris jika ….

“Ayah, coba lihat benda itu! Apa itu ayah? Aku tak pernah melihat sebelumnya. Benda itu kulihat ketika aku selesai merapikan meja makan !” Adetra menunjuk ke sebuah benda yang sangat aneh yang letaknya hanya 100 meter dari ruang dapur tempat mereka tinggal. Benda itu berbentuk oval dengan warna silver, ia seperti igmobilef yang mempunyai bentuk setengah lingkaran, namun benda itu lebih mirip seperti cakram.

“Adetra, ayah mau keluar memeriksa benda itu!” Tegas Khudhan sambil mengenakan jaket hitam dan celana abu-abu yang dibuat dari bahan alumunium.

“Baik ayah, tapi sebentar lagi aku mau latihan teater buat kolaborasi persahabatan di Yupiter minggu depan. Dan igmobilef ayah aku pinjam ya…?” Pinta Adetra, tapi Khudhan tidak lagi mendengar ucapan anaknya, seluruh indranya kini tertuju ke benda aneh tersebut. Dan dulu, sebelum Khudhan dikirim ke Enigma, ia adalah seorang seniman dibidang teater. Bakatnya itu, ternyata diwarisi oleh putranya. Meski generasi terus berganti, aura seni yang penuh abstraksi selalu mengalir mengikuti zaman. Seni akan tetap tumbuh pada jiwa yang mengerti betapa berharganya arti sebuah kehidupan. Seni tidak akan pernah mati. Ia selalu abadi dalam fitrahnya.

“Hati-hati ayah!” Pesan Adetra ketika Khudhan membuka pintu belakang dan iapun hanya membalas dengan acungan jempol.

Dengan perasaan was-was Khudhan mendekati benda aneh itu namun, sebelum ia sampai di tempat tujuan, ia dikejutkan oleh dua lelaki yang keluar dari samping kanan benda tersebut. Keduanya memakai seragam ketat berwarna perak, baik baju, celana maupun sepatu. Yang satu berbadan gemuk dan satunya lagi agak kurus. Namun tinggi keduanya tetap setara. Tinggi mereka kira-kira 1,6 meter. Tapi Khudhan tidak pernah bertemu dengan orang-orang seperti ini sebelumnya, mungkin mereka berasal dari planet lain.

“Siapa kalian?” Khudhan mencoba memecahkan keheningan.

Lalu yang berbadan gemuk menjawab, ”Maaf, jika kedatangan kami mengejutkan anda. Tapi kami di sini tidak bermaksud jahat, kami hanya tersesat!” Selanjutnya baca disini


Tidak ada komentar:

TERIMA KASIH ANDA MENGUNJUNGI BLOG SAYA. HARAPAN JUMPA LAGI