Rabu, 11 Februari 2009



Sore hari, di belakang rumah-Palu Feb' 2009


DEAR DIARY,

Selalu ada yang berlalu di kelaluan waktu. Setelah tersimpang maka akan habis masanya. Sudah beberapa minggu aku menemukan jiwa di pinggiran kota kecil di Sulawesi. Aku tak terlalu mengerti arti pengorbanan. Hari ini masih saja terlihat sampah-sampah kecil di ujung-ujung jalan. Aku memungutinya untuk dijadikan daur ulang dalam memperbaharui lagi arti perjuangan dalam memetakan fungsi.

Aku harus melambangkan merah dalam warna darah yang menunjukkan perjuanganku. Aku harus bertahan dalam warna biru yang menunjukkan antipatiku dan segenap kesedihanku. Sebab setiap manusia diciptakan dalam alegori pasangan.

Disini, aku merindukan kampong halaman. Dua minggu di Palu membuatku merindu.



Pemandangan Kota Teluk-Palu dari Kaki Gunung




6 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah pemandangnan teluknya bagus dari jauh....

Anonim mengatakan...

mmm,,, baguzz bangetzzz pemandangannya mba,,,
menyejukkan mata,,,!!!

Internet banjarmasin mengatakan...

wow ...really nice place...

Anonim mengatakan...

numpang lewat, sambil liat2 pemandangan yang begitu indah....

Miftahuddin Munidi mengatakan...

doakan aku lekas kesanan....

eh kalo bisa pulkam bawa oleh-oleh

Anonim mengatakan...

Ha..ha..sulawesi indah kan ?

TERIMA KASIH ANDA MENGUNJUNGI BLOG SAYA. HARAPAN JUMPA LAGI