Minggu, 02 Oktober 2011

LOVETRUST PROJECT


IDENYA dalam Lovetrust project adalah menggunakan seni sebagai investigasi cinta dalam segala hal. Proyek cinta ini dijalankan Katrine May Hansen selama 11 tahun berturut-turut di Indonesia. Dan di Sulawesi Tengah, lawatannya ini adalah kali kedua setelah sebelumnya di tahun 1999 ketika pecahnya konflik Poso dengan epigon SARA.
Katrine yang seorang guru Bahasa Inggris dan sejarah ini dengan ramah memaparkan perjalanan hidupnya yang dipenuhi ketidakpercayaan ini sejak masih kanak-kanak. Bagi perempuan Denmark kebanyakan, menurutnya keperfecsionisan perempuan disana sangatlah penting. Lebih lanjut ia menceritakan pengalamannya waktu muda dengan memakai kontak lensa dan juga kacamata minus 1300. Ia merasa dijauhi dan nyaris buta. Hingga selepas SMA ia memutuskan kabur dari rumah dan memulai petualangannya pergi ke kota-kota lain, bahkan ke luar benua.
Dari perjalanannya itu, pada akhirnya ia sadar bahwa bagaimanapun ia tak bisa lepas dari kulturnya. Ia tetap seorang perempuan Denmark dengan segudang intrik kebudayaannya.
Hingga 11 tahun lalu sampailah ia di Indonesia dan jadilah perkenalan awal di Negara ini. Ia selalu ingin kembali ke Indonesia. Bila di Denmark ia merasa hatinya ada di Indonesia. Baginya di Indonesia orang-orang dan perempuan-perempuannya ramah. Terbukti ketika ia, pergi ke sebuah warung kopi di Kota Palu. Pengunjung di tempat itu menyapanya dengan ramah dan saling bersalaman dan ini tidak mungkin terjadi di Denmark. Perempuan-perempuan Denmark saling arogan, tanpa sapa apalagi hanya untuk menyunggingkan sebuah senyuman lirihnya.
Di Palu, pada 1 Oktober kemarin. Katrine menghadiri diskusi yang berlangsung di Zaya CafĂ© dan Poerty Jams Sesion di Gedung Juang. Yang menarik ketika diskusi, rekan-rekan lintas generasi yang hadir memberinya oleh-oleh argumen. Setidaknya mengenai proyek yang dijalaninya sekarang. Oposisi Binner antara barat dan timur tidak kalah menjadi sorotan karena tentu ia juga mengidentifikasi kultur antara Denmark dan Indonesia. Selain keingintahuannya yang besar terhadap Islam, sebab di negaranya sulit ditemukan penganut Islam.  
Pada sesi baca puisi di Gedung Juang. Ia membacakan 6 judul puisi dengan kekhasan orang Barat yang menitikberatkan pada teks dan makna yang ingin disampaikan. Ia juga berduet dengan seorang seniman Palu, Hapri Ika Poigi. Berdua mereka membaca Puisi Aku karya Chairil Anwar dalam versi Indonesia dan Denmark. Rupanya puisi Jeg (Aku) Chairil Anwar, sangat dikenal penyair-penyair Denmark. Sehingga ketika rekan-rekan Palu bertanya, “Do you know Chairil Anwar?” ia langsung sumringah. Kehadiran Katrine pada malam baca pusi di Gedung Juang itu, sedikit mengobati kegalauan orang-orang yang sebagian besar seniman pada malam minggu itu. Nampak, rekan-rekan film, nombaca, juga seniman individu seperti; Mas’amah Amin Syam, Neni Muhidin, Udin FM, Emhan Saja, Hanafi Saro, Zulkifli Pagessa, Smiet Lalove, Endeng Mursalim, Jamrin Abubakar, Satries, Hapri Ika Poigi, Yusuf Radjamuda, Pay Toeng, Soraya Pinta Rama, dan kawan-kawan penggalau malam itu. Saya sendiripun ditodong untuk membaca puisi mengawali Poetry Jams Sesion tersebut. Malam itu bagi saya sungguh picisan.

Indonesia 9

The soft sound of rain on the thatched gazebo,
is overpowering the voice in my head,
telling me to
stop obsesseing.

I yawn,
as the coconut palms and the line on the horizon blurs,
Gunung Rinjani disappears,
as the world and the words and the thought

and the voice materializes
to a man,
to the unlikely companion.
He wipes the rain from my face,
and makes love to me on the gazebo.

(Katrine May Hansen)

Tidak ada komentar:

TERIMA KASIH ANDA MENGUNJUNGI BLOG SAYA. HARAPAN JUMPA LAGI