Sabtu, 13 Desember 2008

ODE KAMPUNG#3 5-7 Desember 2008, Serang Banten



TEMU KOMUNITAS LITERASI SE-NUSANTARA DI BANJARBARU
Hasil Ode Kampung#3 5 – 7 Desember 2008 di Rumah Dunia, Serang Banten
:Hudan Nur*


KEGIATAN Ode Kampung#3 (OK3)di Rumah Dunia, Komplek Hegar Alam Ciloang Serang Banten baru saja usai. Kegiatan se-kaliber kampung nusantara ini melibatkan 70 lebih komunitas seni, sastra, teater, dan literasi yang tersebar di wilayah Indonesia, delegasi Kalimantan Selatan di wakili oleh Zurriyati Rosyidah, Dias Baradanu, Panglima Restu Giffarie dan Hudan Nur yang bernaung di Komunitas Teras Puitika.
Tahun ini kali ketiga, Gola Gong selaku mantan Presiden Rumah Dunia mengadakan kegiatan yang serupa mengenai diskusi ‘Indonesia Membaca’. Acara tersebut dihadiri oleh Tantowi Yahya, Angelina Sondakh, Dik Doang, Asma Nadia, Myra Junor, Firman Venayaksa, Wien Muldian, Kiswanti, Toto ST Radik, Halim HD, Bambang Trim, Wawan Husein, Moh. Wan Anwar, Fahmi Faqih, Fakhruddin, Faisal Komandobat, Thopmson HS, dan sejumlah penyair dari Jogjakarta, Bandung, Surabaya, Tasikmalaya, Jakarta, 1001 Buku, beberapa Birokrator dari DEPDIKNAS, beberapa penerbit seperti MIZAN, Salamadina, dan Gramedia. Serta delegasi koran Nasional dan Lokal khususnya yang bernotaben di Jawa dan Sumatera.
Hari pertama OK3 disuguhi parade dan tawuran seni (musikalisasi puisi, teater, monolog, deklamasi puisi, dan pembacaan cerpen) mulai dari anak TK, tukang Becak, peserta, dan orang-orang kampung di Komplek Hegar Alam, Ciloang. Kemudian Anwar Holid memulai diskusi tentang gerakan eksistensialisme dan gerakan FLP yang dipikir masih massif berpengaruh besar dalam industri penerbitan di Indonesia. Lalu dikaitkan dengan “the lone wolf” alias Saut Situmorang selaku sarjana sastra yang menyatakan bahwa keberadaan gerakan seni menyiratkan kesamaan ideologi berkesenian atau estetika, walau ungkapan dan pelampiasan (ekspresi) maupun gaya mansing-masing penggeraknya ‘anggota’ belum tentu sama. Dalam sejarahnya, pembentukan gerakan seni lazimnya bertujuan melakukan “pembaruan estetika” melawan dominasi status quo. Dia juga meyakinkan bahwa penulis yang tidak ikut dalam komunitas sastra tertentu (artinya bergerak sendirian), juga bukan kelemahan.
Berbicara mengenai kepenulisan, penulis yang berhasil pasti memberi pengaruh, baik kepada individu tertentu maupun massa, eksplisit maupun implisit. Penulis bahkan bisa melampaui zamannya, artinya pengaruh mereka melebihi ruang dan waktu setempat. Tulisan, ide, pemikiran, bisa menelusup dan mempengaruhi orang secara diam-diam, sampai akhirnya pemikiran itu mengendap dan menguat, menjadi sikap. Dengan pemikirannya, penulis menawarkan kesadaran tertentu, bahkan lewat sikap dan perbuatannya, penulis menawarkan nilai kepada banyak orang, terutama sekali pembaca dan peminat seni dan sastra. Entah pemikiran, sikap, cara pandang, dan perbuatan tersebut diterima atau ditolak masyarakat, itulah yang akan menjadi warisan budaya generasi berikutnya. Di sinilah pentingnya mencatat dan mendokumentasi agar penelitian dan kesinambungan generasi berikutnya cukup mudah ditelusuri. Salah satu kelemahan umum dari gerakan seni yang terjadi di Indonesia buruknya dokumentasi, yang pada gilirannya akan menyulitkan generasi selanjutnya kesulitan menelaah signifikansi gerakan tersebut bila gerakan tersebut sudah mati atau inaktif.
Hari kedua kembali suguhan diskusi yang menarik tentang Is there a book inside you? Yang menjadi pertanyaan ‘sakti’ kepada orang-orang yang menyatakan diri ingin masuk dalam dunia buku. Sebab menulis adalah kehidupan yang tenang, sedangkan menerbitkan adalah kehidupan yang aktif. Keduanya menjadi dua aktivitas yang menopang kemajuan Bangsa dengan ujungnya adalah masyarakat membaca (reading society). Di sini yang menjadi permasalahan Bambang Trim (Direktur Salamadani Publishing) adalah bagaimana membuat penerbit melek literasi? Bagaimana membuat penerbit sadar bahwa komunitas literasi berikut umat yang menghimpun di dalamnya adalah sebuah potensi untuk meledakkan aktivitas membaca dan menulis? Dengan kemajuan teknologi informasi kini, komunitas-komunitas literasi harus mengeluarkan bunyi nyaring dan menunjukkan eksistensi. Sejuta takzim untuk upaya keras Mas Gola Gong beserta relawan Rumah Dunia yang tiada henti ‘berteriak’ dan berkarya sehingga banyak penerbit akhirnya melek komunitas literasi.
Menjelang hari ketiga Mw Fauzi mengupas kontenks dunia pers yang dikaitkan dengan gerakan literasi, koran menjadi media paling dikedepankan mengingat karakternya yang punya kontinyuitas dan berdaya tarik tinggi. Dalam bahasa sederhana, dengan posisinya yang menawarkan berita-berita aktual terkini dan terbit setiap hari, keberadaan koran telah sejak lama menjadi asupan bacaan sehari-hari masyarakat luas.
Saat ini, menyusul kian ketatnya sektor persaingan dalam bisnis pers, para pengelola koran dituntut selalu mampu menarik minat masyarakat untuk membaca korannya. Pada sisi inilah salah satu faktor krusial pers melakukan dosanya terhadap gerakan literasi baik secara disengaja maupun tidak.
Dosa pers paling utama adalah menyuguhkan bahan bacaan yang sama sekali berlawanan dengan gerakan literasi, atau menyimpang dari kaidah penulisan bahasa yang baik dan benar. Tak hanya dalam penulisan judul, kadang dalam badan beritapun amat sering ditemukan istilah ‘buatan orang koran’ yang tidak ditemukan dalam kamus besar bahasa Indonesia. Repotnya, pelaku dosa ini tak hanya koran lokal yang notabene menghadapi kendala minimnya budaya minat baca di daerah, sehingga kerap menuntut “aksi kreativitas tersendiri” dalam menyuguhkan sebuah berita agar dibaca, namun juga koran di level nasional. Hingga muncullah istilah “di sweeping”, “dipolisikan”, “disoal”, dan banyak lagi contoh kesalahan penulisan yang tidak disengaja lantaran keterbatasan pengetahuan terhadap kaidah bahasa dan arti sebuah kata yang sesungguhnya.
***
Banyak sekali diskusi fenomenal yang dilaksanakan OK3 sampai sidang pleno dan perampungan rekomendasi-rekomendasi dari hasil OK3 yang akan disampaikan kepada DPR-MPR RI antara lain tentang sikap pemerintah tentang perpustakaan-perpustakaan yang peranannya masih kurang dirasakan oleh masyarakat umum, mewajibkan setiap desa memiliki perpustakaan dan mendesak dewan terhomat tersebut untuk merealisasikan gerakan literasi (bukan berarti memberantas buta aksara seperti yang pernah digaungkan pada orde-baru tetapi budaya membaca) dengan membuka Taman Baca Masyarakat (TBM) di se-antero nusantara. Selain itu, akan ada temu komunitas literasi lokal yang rencananya dilaksanakan di Banjarbaru 2010 dan didukung penuh oleh XL.

Suporting Local Literacy Movement!


*Anggota Komunitas Teras Puitika


SEMBILAN REKOMENDASI ”ODE KAMPUNG #3: TEMU KOMUNITAS LITERASI SE-INDONESIA

Rumah Dunia, 5-7 Desember 2008milis: www.yahoogroups. com/group/ komunitas_ literasi Kami para peserta Ode Kampung III: Temu Komunitas Literasise-Indonesia 2008 bersepakat bahwa literasi adalah hak kunci untukmendapatkan hak berekonomi, bersosialisasi, partisipasi politik danpembangunan, khususnya dalam masyarakat berbasis pengetahuan. Literasimerupakan kunci peningkatan kapasitas seseorang, dengan memberikanbanyak manfaat sosial, di antaranya cara berpikir kritis, meningkatkankesehatan dan perencanaan keluarga, program pengurangan angkakemiskinan, dan partisipasi warga negara. Literasi bukan hanyapersoalan individu, tapi juga menyangkut persoalan komunitas danmasyarakat luas. Literasi bukan sekadar melek huruf, tapi merupakandasar penopang bagi pembelajaran di masa datang. Literasi memberikanpiranti, pengetahuan dan kepercayaan diri untuk meningkatkan kualitashidup, untuk lebih dapat memberikan kemungkinan berpartispasi dalamaktivitas bermasyarakat dan membuat pilihan-pilihan informasi yangakan dikonsumsi. Untuk mewujudkan hal tersebut, kami mengajukan sembilan rekomendasi: 1. Mendesak pemerintah pusat untuk segera menyusun regulasi yanglebih teknis terkait dengan UU no 43 tahun 2007 tentang perpustakaan.2. Mewajibkan Pemerintah daerah untuk membangun perpustakaan yangrepresentatif, meningkatkan pelayanan yang optimal dan menyediakantenaga pengelola perpustakaan yang profesional.3. Menjalin kemitraan antara perpustakaan daerah dan perpustakaankomunitas. Serta membangun kerjasama antara perpustakaan komunitaslokal dan daerah lainnya4. Mewajibkan lembaga pendidikan dan lembaga pemerintahan yangmemiliki perpustakaan agar memberikan pelayanan bagi masyarakat luas.5. Mewajibkan pengembang komplek perumahan/ pengelola pusatperbelanjaan untuk membangun perpustakaan sebagai bagian darifasilitas umum 6. Mewajibkan penerbit menyumbangkan buku-buku kepada perpustakaankomunitas dan mengadakan peluncuran buku terbaru serta pelatihanmenulis bersama para penulis buku.7. Mendorong warga masyarakat untuk mendirikan perpustakaankomunitas di setiap desa/ kelurahan.8. Mewajibkan perusahaan mengalokasikan tanggungjawab sosialperusahaan (Corporate Social Responsibility) untuk perpustakaan komunitas.9. Menumbuhkan kebiasaan membaca dengan menyediakan bahan bacaan dilingkungan keluarga, lembaga pendidikan, dunia kerja, instansipemerintah, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya. Demikian sembilan rekomendasi ini diajukan kepada khalayak. Semogamendapat dukungan dari semua elemen terkait demi mewujudkan kejayaanIndonesia di masa mendatang. Tim Perumus,Gola Gong, Wien Muldian, Firman Venayaksa, Kiswanti, Halim HD,Subhan, Amel, Mahmudin, Ariful Amir.

1 komentar:

PM mengatakan...

GUNAKAN CARA BARU ISI ULANG PULSA HP ANDA
HARGA PULSA DISTRIBUTOR
(lebih murah dibandingkan harga jual di counter )

PROSES LEBIH MUDAH, CEPAT DAN PRAKTIS

Sekarang anda tidak perlu lagi repot2 serta buang waktu dan keringat untuk datang ke counter pulsa..

CUKUP HANYA DENGAN MENGIRIM SMS KE SERVER KAMI maka pulsa anda/keluarga/teman/pelanggan anda langsung bertambah

*** DAPATKAN PULSA GRATIS Rp. 25.000,- SETIAP HARI ****

kunjungi :

http://www.primamitra.blogspot.com

TERIMA KASIH ANDA MENGUNJUNGI BLOG SAYA. HARAPAN JUMPA LAGI