Di Bawah Gunung Nun
(Tokoh Amus)
SAKWASANGKA
: ashmansyah timutiah
+ jangan larang aku menyanyangimu!
- biarkan mereka mengenal sisi lain teater?
semuanya kita selesaikan dengan jiwa lelatu yang terlanjur salah dalam memahami ruang dan waktu dari kota bumi tasikmalaya menuju banjarbaru ranah lambung mangkurat. memaknai adalah obade yang harus diupacarakan ke suasana penuh khuyuk. biarkan kugenggam tanganmu dari jauh, itu lebih berarti dalam imaji gerak.
+ jangan larang aku mengenal moyangmu!
- biarkan kami mendorongmu untuk melihat dunia yang serius?
alangkah lukanya melihat ragamu dirasuki ego dan terjadilah keterjebakan dalam diskusi artistik: membuat topeng-topeng karakter yang telah lama diperkenalkan kepada hidupmu sebelum jumat memanggilmu untuk sekadar menelan kepahitan. sekali lagi.
+ perkenalkanlah aku ke orang-tuamu!
- bukankah besok harus mempersiapkan manusia raksasa di refleksi tahun?
peduli dengan besok? untuk memperistirahkan anak-cucu kita yang ditakdirkan dari generasi Siliwagi menebus dosa neneknya. kejujuran tak bisa dipadukan dengan keseriusan karena berbeda haluan. seperti angkasa yang selalu menjadi hijab bumi-langit dalam membesarkan dan memperkenalkan kau rubayyat takdir.
+ jadi?
- tidak!
+ tidak!
- ya?
Banjarbaru, 26 Desember 2008
: ashmansyah timutiah
+ jangan larang aku menyanyangimu!
- biarkan mereka mengenal sisi lain teater?
semuanya kita selesaikan dengan jiwa lelatu yang terlanjur salah dalam memahami ruang dan waktu dari kota bumi tasikmalaya menuju banjarbaru ranah lambung mangkurat. memaknai adalah obade yang harus diupacarakan ke suasana penuh khuyuk. biarkan kugenggam tanganmu dari jauh, itu lebih berarti dalam imaji gerak.
+ jangan larang aku mengenal moyangmu!
- biarkan kami mendorongmu untuk melihat dunia yang serius?
alangkah lukanya melihat ragamu dirasuki ego dan terjadilah keterjebakan dalam diskusi artistik: membuat topeng-topeng karakter yang telah lama diperkenalkan kepada hidupmu sebelum jumat memanggilmu untuk sekadar menelan kepahitan. sekali lagi.
+ perkenalkanlah aku ke orang-tuamu!
- bukankah besok harus mempersiapkan manusia raksasa di refleksi tahun?
peduli dengan besok? untuk memperistirahkan anak-cucu kita yang ditakdirkan dari generasi Siliwagi menebus dosa neneknya. kejujuran tak bisa dipadukan dengan keseriusan karena berbeda haluan. seperti angkasa yang selalu menjadi hijab bumi-langit dalam membesarkan dan memperkenalkan kau rubayyat takdir.
+ jadi?
- tidak!
+ tidak!
- ya?
Banjarbaru, 26 Desember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar