Setelah
pementasan Teater Api, beberapa waktu yang lalu di Taman Budaya, Sulawesi
Tengah oleh Dewan Kesenian Palu. Rupanya diakhir pertunjukan dan diskusi
Brongkos, ketua Dewan Kesenian Palu, Dr. Nirwan Sahiri menyatakan bahwa ada
niat untuk mewujudkan temu teater Indonesia di Palu tahun depan. Hal ini
diamini oleh sejumlah komunitas seni, yayasan, termasuk para pemain Teater Api
yang hadir pada waktu itu, seperti; Luhur Kayungga, Dedik Obenk, S. Ridho,
Memet, dan M. Soleh. Betapa tidak, kini temu teater sekaliber Mimbar Teater
Indonesia dan Federasi Teater Indonesia sangat mainstream sekali.
Dalam
workshop Teater Api yang dilaksakanan sehari sebelum pertunjukan Luhur
Kayungga, selaku sutradara sekaligus pemateri utama menyampaikan materinya
seperti ini: Dalam dunia. Lebih khusus lagi di dalam dunia teater, tata
artistik merupakan bagian penting dalam sebuah pementasan, selain
lighting, penataan musik, dan permainan handal para aktornya. Tentu saja banyak
kaidah yang harus dikenali dari berbagai macam bentuk atau aliran teaternya
Dalam
teater konvensional (realis), kita tidak hanya melakukan “peniruan“ terhadap
realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari secara fisikal, lebih dari itu
artistik harus peka menangkap dan menciptakan atmosfir sesuai kebutuhan dalam pementasan di
panggung. Karena di dalam prosesnya kita mesti banyak mengenali realitas itu
sendiri (terutama soal visual) atau
seorang penata artistik harus mampu merekonstruksikan realitas yang dia tangkap
untuk membangun sebuah realitas baru dalam sebuah pementasanya.
Berbeda
dengan teater non konvensional yang tidak hanya menyerap realitas–realitas
seperti halnya teater konvensional dan membangun atmosfirnya, lebih dari itu
juga ungkapan visualnya lebih cenderung dibungus dalam bentuk abstraksi yang
lain lewat simbol, ikon, dan lain sebagainya.
Sebagai
catatan terakhir, sebuah gagasan, ide dan perencanaan yang telah kita susun
mesti berhadapan lagi dengan realitas
yang kita miliki seperti: tempat pertunjukkan, properti yang kadang justru
diluar perencanaan dan diluar dugaan kita.
Apapun
realitasnya mesti kita hadapi sebagai bagian dari dinamika untuk menyusun
realitas baru : REALITAS GAGASAN DALAM KARYA.
1 komentar:
bang pasang link saya donk di blog ini...
http://dulida.blogspot.com
Posting Komentar